Kenalan dulu dong!
Namaku S.R. Shafsafia Az-Zahra, dipanggil Fia. Tapi, kalau di dunia maya,
panggil aku Via saja ya! Biar agak beda gitu. Aku diberi gelar "Warga
Negara Bumi" pada tanggal 15 Mei 2003, pada hari Kamis. Hari yang
membahagiakan bagi ibu dan ayahku karena aku anak pertama. Penderitaan Ibu pun
berubah seketika menjadi kebahagiaan. Ya gak? Ya gak? :o
Aku pun diberi nama
yang panjang, dari ayahku yang memang sudah lama disiapkan sebelum aku lahir.
Yakni, Seizza Rahdianny Shafsafia Az-Zahra. Wah, cukup panjang ya? Waktu itu,
aku belum memiliki nama panggilan atau nama pendek. Hingga waktu itu, ibuku
menyarankan untuk memanggil dengan nama Zahra saja. Tetapi ayahku ingin panggilannya
Shafa. Kawan, kalian pilih yang mana? Hehe.. Sampai Mamah (nenek dari Ibu)
memutuskan nama panggilannya Fia saja. Wadaww!! Pilihan Ibu dan Ayah tidak
terpilih, deh!
Waktu aku masih
berusia satu tahun, aku sudah akan mempunyai adik lagi. Kelahirannya pada hari
Minggu kuturut ayah ke kota... (koq malah nyanyi sih?) Hari Minggu tanggal 30
Januari 2005. Jadi, umur kami selisih satu setengah tahun saja. Namanya Seizza
Khafniy Ghaizan Aisha. Nah, pemberian nama ini, caranya beda lho. Kalau aku
kan, pemberian namanya dari nama lengkap dulu, baru cari panggilannya. Kalau
Aisha, dicari dulu nama panggilan, baru cari nama lengkapnya yang pas. Biar gak
ada keributan kecil-kecilan lagi. Aisha akrab kami panggil "Isah",
tapi kalau di dunia maya, namanya Seizza.
Tahu gak sih, kalau
aku itu galak dari kecil *jujur amat sih, Via*. Waktu itu aku dan Aisha sedang
main boneka "Rusak" (maksudnya boneka rusa*) bersama. Karena itu
boneka paling lucu yang pernah aku lihat daripada boneka-boneka punyaku yang
lainnya, aku rebut boneka itu dari Aisha. Aisha nangis, tapi tetap aku gak mau
balikin. Walaupun ibuku sudah marah, menyuruh aku mengalah. Eh, malah Aisha
yang mengalah. Dan sifat itu masih menempel pada diriku dan Aisha sekarang.
Wkwkwk... (galak dan judes ya aku?)
Pernah juga, suatu
kali, aku pergi ke salon ikut ayahku mau cukur rambut. Jadi, tanpa disengaja
pun aku melihat tukang cukurnya motongin rambut ayah. Jadi kepikiran sesuatu
dech.. TRING! Lampu menyala muncul di atas kepalaku!
Pulangnya, ayah
langsung pergi kerja ke proyek rumahnya di Rancaekek. Ayah pesan mie kwetiaw
untuk makan malam ke ibu. So, ibupun membuat mie kwetiaw sepanjang hari tanpa
memperhatikan dua buah hatinya. Huek.. huek... Asalkan anak-anak di dalam rumah
dan bermain, ibu sih tenang-tenang saja.
Tau gak, kalau aku
sama Aisha sebenarnya ngapain? Main Cukur Rambut! Huaaa.. rambut Aisha jadi
botak loh! Ceritanya? Gini nieh..
Aku minta pinjam
gunting ke Ibu di dapur. Ibu tanya, mau buat apa guntingnya dan aku jawab kalau
aku mau menggunting. Itu saja. Lalu, aku ke kamar dan minta Aisha untuk duduk
di kasur dan menghadap cermin kecil punya Ibu. Aisha tenang-tenang saja, malah
main dan mengobrol dengan boneka Rusak. Sementara itu, aku mulai menggunting
rambut Aisha yang memang awalnya sudah superpendek seperti laki-laki.
Kemudian, setelah
sekali potong, rambut Aisha terjatuh ke karpet dan kasur. Aku pun berlari ke
dapur untuk meminta mangkuk atau wadah. Ibu memberikanku wadah berwarna putih
(ga penting warnanya!) dan kubawa ke kamar untuk tempat rambutnya yang sudah
dipotong.
Lalu aku mengunci
pintu kamar dan menutup jendela yang menyambungkan antara kamar dan dapur. Aku
mulai menggunting rambut Aisha sedikit demi sedikit, dan hasil potongannya
kumasukkan ke dalam mangkuk putih itu, dan rencananya, aku akan memasukkannya
ke dalam kloset di kamar mandi.
Wadaw! Aneh-aneh
aja deh.. Alhasil, setengah rambut Aisha pun botak, deh! Kata tetangga,
dikirain Aisha sakit demam sampai rontok begitu. Tapi, setelah tahu, baru
mereka mengerti. Tapi, diceritain darimana? Ibu, dong! Jadi, Ibu waktu itu
heran kenapa sepi sekali, sedangkan pintu kamar tertutup.
Yap, setelah
membuang rambut ke kloset di kamar mandi, aku lupa mengunci pintu. Begitu Ibu
membuka pintu, serius deh aku melompat kaget! Pas banget, pas aku lagi memotong
bulu-bulu boneka kelinci yang kupunya. Aisha biasa-biasa saja, yang sepertinya
tidak melakukan apapun tadi.
Kacau balau, deh,
Barbershop-ku! Hahaha...
Teman-teman, siapa
yang tahu cita-citaku? Pramugari? Dokter? Dosen? Atau beauty consultant
(ge-er)? Pekerja kantoran? Buahahaha..! Bukan itu semua! Cita-cita yang
kupilih, adalah yang 'meraih kesuksesan tanpa pesaing'. Siapa yang tahu
hayooo?? Pe-Nu-Lis.
Iyap. Menjadi
penulis adalah cara meraih kesuksesan tanpa pesaing. Being
a writer is a road not taken. So less travelled. Aku memang tertarik menulis sejak usia dua tahun. Kata Ibu
(memangnya Doremi, pakek 'kata Mama' segala??), usia dua tahun aku sudah bisa
menulis tangan dan mengetik di komputer dan laptop. Tulisannya mengenai aku,
keluargaku dan lain-lain. Sampai sekarang masih kusimpan di folder. Usia dua
tahun pula, aku sudah sangat lancar membaca. I-B-U adalah Ibu. A-Y-A-H adalah
Ayah. Begitu seterusnya dan aku tidak perlu menggunakan metode B-A = Ba, B-I =
Bi, Babi!
Aku mulai membaca novel saat kelas
satu SD. Novel pertama yang kubaca adalah Manusia Bunglon, di KKPK dengan
penulis sembilan tahun bernama Muthia atau Thia. Aku dikenalkan dengan KKPK
oleh Aini, teman seangkatanku di PAS Salman ITB. Aini, adalah teman satu
madrasah dengan Thia ini. Dan ia menunjukkan buku itu padaku agar aku
membacanya. Aku meminjam itu dari perpustakaan anak di Salman, dan aku membaca
dengan penuh minat. Alhasil, aku ketagihan menulis ini.
Ayahku kemudian mengenalkan aku
pada dunia MS Word untuk kedua kalinya setelah aku melupakannya diwaktu kecil. Aku
disuruhnya mengetik sesuatu lagi. Hingga aku membuat beberapa cerpen hingga
kini. Cerpen yang sangat bagus untuk kalangan seusiaku dulu, tujuh tahun.
Sampai ada PR dari sekolah,
disuruh membuat cerpen yang bagus. Ahahay! Ini kesempatanku! Waktu itu, aku
sudah kelas dua, menginjak usia delapan tahun. Dan aku sudah memiliki banyak
sekali kumpulan cerpen. Yang menurutku 'TERBAIK' cerpennya adalah yang berjudul
"Midnight Party" dan aku gunakan untuk PR ini. Karena tema bebas,
okelah.. Gak ada masalah!
Dan ketika itu aku harus print di tempat fotokopi. Karena mesin printer-ku sedang rusak. Di sana , aku melihat teman-temanku sedang main internet untuk
mencari bahan cerita sepertinya. Hehe...
bersambung...
mmm, "midnight party" pernah terbit di kkpk? perasaan pernah baca
BalasHapusOh, apa iya betul, pernah terbit di KKPK? Perasaan enggak deh.. tapi makasih ya sudah memberitahu! Jadinya aku tidak menerbitkan buku ini. Sekarang datanya masih kusimpan lho! Oh ya, terimakasih juga sudah berkunjung!
BalasHapus