Kamis, 29 Oktober 2015

My Story #2

Maaf banget, kalau gak suka sama aku yang ganti-ganti url terus. Pasti pada repot kan? Maaf, sori. Aku gak akan ganti lagi, deh! Kalau mau ganti skin, tinggal ganti skin aja. Iya enggak? Iya, iya, iya donk.. Oia, omong-omong, bagi para teman maya baruku nih.. para newbie, atau para pengguna internet yang mampir ke blogku, baca ya!

Kenalan dulu dong! Namaku S.R. Shafsafia Az-Zahra, dipanggil Fia. Tapi, kalau di dunia maya, panggil aku Via saja ya! Biar agak beda gitu. Aku diberi gelar "Warga Negara Bumi" pada tanggal 15 Mei 2003, pada hari Kamis. Hari yang membahagiakan bagi ibu dan ayahku karena aku anak pertama. Penderitaan Ibu pun berubah seketika menjadi kebahagiaan. Ya gak? Ya gak? :o
Aku pun diberi nama yang panjang, dari ayahku yang memang sudah lama disiapkan sebelum aku lahir. Yakni, Seizza Rahdianny Shafsafia Az-Zahra. Wah, cukup panjang ya? Waktu itu, aku belum memiliki nama panggilan atau nama pendek. Hingga waktu itu, ibuku menyarankan untuk memanggil dengan nama Zahra saja. Tetapi ayahku ingin panggilannya Shafa. Kawan, kalian pilih yang mana? Hehe.. Sampai Mamah (nenek dari Ibu) memutuskan nama panggilannya Fia saja. Wadaww!! Pilihan Ibu dan Ayah tidak terpilih, deh!
Waktu aku masih berusia satu tahun, aku sudah akan mempunyai adik lagi. Kelahirannya pada hari Minggu kuturut ayah ke kota... (koq malah nyanyi sih?) Hari Minggu tanggal 30 Januari 2005. Jadi, umur kami selisih satu setengah tahun saja. Namanya Seizza Khafniy Ghaizan Aisha. Nah, pemberian nama ini, caranya beda lho. Kalau aku kan, pemberian namanya dari nama lengkap dulu, baru cari panggilannya. Kalau Aisha, dicari dulu nama panggilan, baru cari nama lengkapnya yang pas. Biar gak ada keributan kecil-kecilan lagi. Aisha akrab kami panggil "Isah", tapi kalau di dunia maya, namanya Seizza.
Tahu gak sih, kalau aku itu galak dari kecil *jujur amat sih, Via*. Waktu itu aku dan Aisha sedang main boneka "Rusak" (maksudnya boneka rusa*) bersama. Karena itu boneka paling lucu yang pernah aku lihat daripada boneka-boneka punyaku yang lainnya, aku rebut boneka itu dari Aisha. Aisha nangis, tapi tetap aku gak mau balikin. Walaupun ibuku sudah marah, menyuruh aku mengalah. Eh, malah Aisha yang mengalah. Dan sifat itu masih menempel pada diriku dan Aisha sekarang. Wkwkwk... (galak dan judes ya aku?)
Pernah juga, suatu kali, aku pergi ke salon ikut ayahku mau cukur rambut. Jadi, tanpa disengaja pun aku melihat tukang cukurnya motongin rambut ayah. Jadi kepikiran sesuatu dech.. TRING! Lampu menyala muncul di atas kepalaku!
Pulangnya, ayah langsung pergi kerja ke proyek rumahnya di Rancaekek. Ayah pesan mie kwetiaw untuk makan malam ke ibu. So, ibupun membuat mie kwetiaw sepanjang hari tanpa memperhatikan dua buah hatinya. Huek.. huek... Asalkan anak-anak di dalam rumah dan bermain, ibu sih tenang-tenang saja.
Tau gak, kalau aku sama Aisha sebenarnya ngapain? Main Cukur Rambut! Huaaa.. rambut Aisha jadi botak loh! Ceritanya? Gini nieh..
Aku minta pinjam gunting ke Ibu di dapur. Ibu tanya, mau buat apa guntingnya dan aku jawab kalau aku mau menggunting. Itu saja. Lalu, aku ke kamar dan minta Aisha untuk duduk di kasur dan menghadap cermin kecil punya Ibu. Aisha tenang-tenang saja, malah main dan mengobrol dengan boneka Rusak. Sementara itu, aku mulai menggunting rambut Aisha yang memang awalnya sudah superpendek seperti laki-laki.
Kemudian, setelah sekali potong, rambut Aisha terjatuh ke karpet dan kasur. Aku pun berlari ke dapur untuk meminta mangkuk atau wadah. Ibu memberikanku wadah berwarna putih (ga penting warnanya!) dan kubawa ke kamar untuk tempat rambutnya yang sudah dipotong.
Lalu aku mengunci pintu kamar dan menutup jendela yang menyambungkan antara kamar dan dapur. Aku mulai menggunting rambut Aisha sedikit demi sedikit, dan hasil potongannya kumasukkan ke dalam mangkuk putih itu, dan rencananya, aku akan memasukkannya ke dalam kloset di kamar mandi.
Wadaw! Aneh-aneh aja deh.. Alhasil, setengah rambut Aisha pun botak, deh! Kata tetangga, dikirain Aisha sakit demam sampai rontok begitu. Tapi, setelah tahu, baru mereka mengerti. Tapi, diceritain darimana? Ibu, dong! Jadi, Ibu waktu itu heran kenapa sepi sekali, sedangkan pintu kamar tertutup.
Yap, setelah membuang rambut ke kloset di kamar mandi, aku lupa mengunci pintu. Begitu Ibu membuka pintu, serius deh aku melompat kaget! Pas banget, pas aku lagi memotong bulu-bulu boneka kelinci yang kupunya. Aisha biasa-biasa saja, yang sepertinya tidak melakukan apapun tadi.
Kacau balau, deh, Barbershop-ku! Hahaha...
Teman-teman, siapa yang tahu cita-citaku? Pramugari? Dokter? Dosen? Atau beauty consultant (ge-er)? Pekerja kantoran? Buahahaha..! Bukan itu semua! Cita-cita yang kupilih, adalah yang 'meraih kesuksesan tanpa pesaing'. Siapa yang tahu hayooo?? Pe-Nu-Lis.
Iyap. Menjadi penulis adalah cara meraih kesuksesan tanpa pesaing. Being a writer is a road not taken. So less travelled. Aku memang tertarik menulis sejak usia dua tahun. Kata Ibu (memangnya Doremi, pakek 'kata Mama' segala??), usia dua tahun aku sudah bisa menulis tangan dan mengetik di komputer dan laptop. Tulisannya mengenai aku, keluargaku dan lain-lain. Sampai sekarang masih kusimpan di folder. Usia dua tahun pula, aku sudah sangat lancar membaca. I-B-U adalah Ibu. A-Y-A-H adalah Ayah. Begitu seterusnya dan aku tidak perlu menggunakan metode B-A = Ba, B-I = Bi, Babi!
Aku mulai membaca novel saat kelas satu SD. Novel pertama yang kubaca adalah Manusia Bunglon, di KKPK dengan penulis sembilan tahun bernama Muthia atau Thia. Aku dikenalkan dengan KKPK oleh Aini, teman seangkatanku di PAS Salman ITB. Aini, adalah teman satu madrasah dengan Thia ini. Dan ia menunjukkan buku itu padaku agar aku membacanya. Aku meminjam itu dari perpustakaan anak di Salman, dan aku membaca dengan penuh minat. Alhasil, aku ketagihan menulis ini.
Ayahku kemudian mengenalkan aku pada dunia MS Word untuk kedua kalinya setelah aku melupakannya diwaktu kecil. Aku disuruhnya mengetik sesuatu lagi. Hingga aku membuat beberapa cerpen hingga kini. Cerpen yang sangat bagus untuk kalangan seusiaku dulu, tujuh tahun.
Sampai ada PR dari sekolah, disuruh membuat cerpen yang bagus. Ahahay! Ini kesempatanku! Waktu itu, aku sudah kelas dua, menginjak usia delapan tahun. Dan aku sudah memiliki banyak sekali kumpulan cerpen. Yang menurutku 'TERBAIK' cerpennya adalah yang berjudul "Midnight Party" dan aku gunakan untuk PR ini. Karena tema bebas, okelah.. Gak ada masalah!
Dan ketika itu aku harus print di tempat fotokopi. Karena mesin printer-ku sedang rusak. Di sana, aku melihat teman-temanku sedang main internet untuk mencari bahan cerita sepertinya. Hehe...
bersambung...

2 komentar:

  1. mmm, "midnight party" pernah terbit di kkpk? perasaan pernah baca

    BalasHapus
  2. Oh, apa iya betul, pernah terbit di KKPK? Perasaan enggak deh.. tapi makasih ya sudah memberitahu! Jadinya aku tidak menerbitkan buku ini. Sekarang datanya masih kusimpan lho! Oh ya, terimakasih juga sudah berkunjung!

    BalasHapus